Selasa, 08 Juli 2014

Selamat datang, resah !


Malam itu kamu ucapkan lagi kalimat temanmu itu. Kalimat yg bahkan ingin kudengar saja tidak, apalagi kuketahui kabarnya. Aku memang masih menutup telinga akan itu. Entah. Aku hanya berharap kalimat itu hilang tertiup angin hingga rimbanya tak nampak. Ingin rasanya kutaburkan semua luka yg hampir beranak dari induknya ini di lautan, dan akan hanyut seiring ombak garang yg memaksa nelayan pergi dari hadapan.

Aku masih seorang perempuan yg belum mampu mengucapkan apa yg menjadi penyebab lukaku di hadapmu.
Laki-laki bukan seorang peramal yang sewaktu-waktu bisa membaca pikiran seorang wanita.
Begitu kata hampir seluruh kaummu di dunia.
Tapi suatu ketika aku ingin kamu memilikinya. Memiliki kekuatan seorang peramal. Kamu tahu kenapa?
Agar aku tak perlu bersusah payah memilih seribu kata yang pantas untuk bercerita luka ini dgn tak menyakiti rasamu.
Agar aku tak perlu mengumpulkan kekuatan seribu kuda untuk memberanikan diri membahas luka ini di sampingmu.
Agar aku tak perlu merasa baik-baik saja padahal hati merasa nestapa.

Itu hanya sebatas asa, yg aku pada kenyataannya masih berkata nyinyir, berkata sindir untuk membuat kamu berpikir.

Aku hanya ingin bilang, tak ada satupun hari-hari yg aku sesalkan ketika mengirimimu pesan, mengirimimu telepon, maupun mengirimimu sapa. Karena aku menjalaninya karena sebuah kemauan, bukan sebuah keharusan. Semoga kamu juga begitu.

Dari aku,
yg masih menunggumu bicara.

Kamu, yang tak pernah terlintas


Diam diam aku memperhatikan tanggal, masih tanggal 3 ternyata, hmff, jauh sekali jika mengingat tanggal berapa kita akan bertemu. Kita. Ya, aku masih bersyukur masih bisa memanggil aku dan kamu dengan sebutan ‘kita’, Tuhan masih mengijinkan. Dan semoga tidak ada masa tenggangnya, semoga.
***
Aku masih ingat kapan pertama kali kita bertemu. Kita berada dalam 1 kegiatan yang sama. Ketika pembagian kelompok berjumlah 6 orang untuk mengerjakan suatu kegiatan, kamu berada 1 tim denganku, keberadaanmu belum membuatku ‘ngeh’ karena ketika ketua tim menyebutkan nama masing-masing orang, kamu belum datang, namun seketika 10 pasang mata kami dibuat menoleh dengan kedatanganmu yang tergopoh-gopoh. Ketika hanya ditanya nama pun kamu seperti pembalap moto gp yang buru-buru memasukki pit stop gara-gara hujan turun dan akhirnya harus mengganti ban kering dengan ban basah agar bisa tetap melanjutkan balapan, kamu menyebutkan nama dan alasan mengapa kamu terlambat dengan badan basah karena keringat bercampur hujan yang turun deras kala itu. Lucu.
Proses menuju pelaksanaan kegiatan pun berjalan, dari sana aku makin mengenal sifatmu yang ternyata anti dengan hal-hal yang berkaitan dengan kata ‘terlambat’ dan tahu alasan mengapa kamu seperti pembalap gp saat pertama kali bertemu dulu :)
6 bulan sudah namamu selalu membanjiri pesan masuk dan hatiku. Tidak ada yang salah dengan hubungan kita, hingga hari itu tiba. Kamu yang makin aneh dan makin tertutup denganku, setelah kudesak keluarlah pernyataanmu yang berkata harus berpindah domisili, diluar pulau. Menurutku jarak tak terlalu berarti jika kita sama-sama merasa saling memiliki. Itu pendapat awalku. Tapi situasi berkata lain, aku disibukkan dengan tugas-tugas semester baru dan kegiatan lain diluar kegiatan kampus, kamupun begitu, selain berusaha beradaptasi dengan lingkungan barumu, kamu juga tenggelam dengan bermacam kegiatan kampusmu. Aku baru ingat kalau kita tidak bisa dijauhkan dengan hal-hal berbau aktivis. Kita masih mengingkari  bahwa kita sudah jauh, terlalu jauh. Mungkin itu yang membuat kita dulu jatuh hati dan akhirnya melukai.
Kita akhirnya mengambil keputusan, dan berjanji di dalam hati untuk tak lagi mengingkari dan tak lagi melukai.
***
Sudah 2 tahun ini aku bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi. Kenangan akan kehidupan perkuliahan sesekali mampir di benakku ketika melihat beberapa mahasiswa yang sedang magang di kantor. Kenangan tentang sosok itupun muncul, seketika langsung kuhalau pikiran-pikiran nakal yang mulai hobi menggunakan kata ‘jika’ dan ‘andai’. Panggilan dari atasanku membuyarkan lamunan, aku baru ingat kalau siang ini aku harus presentasi mewakili kantorku, di jam makan siang dengan perusahaan cabang di kota besar lain. Perusahaanku akan membuat suatu BTS baru yang terletak di kota perusahaan cabang sehingga membutuhkan koordinasi yang matang antara kedua perusahaan.
Beberapa orang dari kantorku sampai duluan di sebuah rumah makan yang terletak di pusat kota itu. Sekitar 10 menit kemudian 5 orang dari kantor cabang sampai. Ketika akan memulai presentasi, bos dari kantor cabang celingukan seperti sedang mencari seseorang, dan akhirnya bertanya pada orang disampingnya dimanakah karyawannya yang bertugas menyampaikan presentasi hari itu. Aku dan temanku mulai bergumam kemanakah si karyawan yang sudah membuang waktu atasanku yang amat sangat sibuk itu hanya karena menunggu kehadirannya, “Maaf, mungkin bisa salah satu karyawan lain dari kantor cabang yang bisa mewakili menyampaikan presentasi kali ini?” pintaku gemes kepada mas-mas yang duduk di depanku, namun sebelum mas-mas itu menimpali pertanyaanku, si bos dari kantor cabang sudah meneriakan sesuatu kepada seseorang yang baru mendorong pintu masuk rumah makan itu, “SINI !“, sebelum kami hendak menoleh ke arah pintu, bos yang mempunyai tubuh tambun itu menambahkan lagi, “Emm, maaf semuanya, karyawan saya yang satu ini tidak biasanya telat begini, saya juga nggak tahu kenapa dia bisa telat kali ini”, “Sini Bar!”, seketika wajah kami semua yang ada di meja menoleh ke arah derap kaki seseorang yang terdengar sangat tergopoh-gopoh itu, orang itu masih menunduk sambil membenarkan rambut dan lengan kemejanya yang basah karena hujan yang tak kalah deras dengan hujan yang dulu turun ketika aku dan timku menunggu orang yang terlambat saat penyebutan nama oleh ketua timku jaman beraktivis saat kuliah dulu, ah sudahlah, aku juga bingung mengapa hari ini susah sekali kutepis pikiran yang kurasa sudah 2 tahun ini bersemayam aman di lapisan paling bawah otakku. Ketika karyawan yang baru datang itu menyebutkan namanya dan mulai menyapu pandangan ke orang-orang yang berada di meja itu, mata kami tertumbuk jadi satu. Namun dia masih melanjutkan perkenalannya dengan mataku yang berkedip tanpa henti sejak dia menyebutkan namanya. Bara. Ya, entah apa yang hendak Tuhan hadiahkan padaku hari itu, dari semua perusahaan cabang di seluruh Indonesia, dari seluruh karyawan yang bekerja pada perusahaan cabang yang mengerjakan proyek BTS dengan kantorku, dia yang terpilih. Dia yang mempunyai posisi yang sama denganku untuk mempresentasikan proyek ini. Dia yang aku masih ingat betul betapa aku belajar bagaimana menyampaikan presentasi yang baik di depan umum. Dia yang tatapan matanya masih seteduh hujan yang mengguyur musim kemarau yang panjang. Kenangan itu muncul lagi tanpa ampun di otakku dan kini mulai membentuk slide-slide bertema throwback. Aku tidak tahu kalau ternyata dia juga merasa presentasi yang sudah dipersiapkannya dengan tidak tidur selama berhari-hari dimuntahkan lagi ketika melihatku.
Proyek ini mengharuskan kami bertemu kembali. Proyek ini mengharuskan kami berkomunikasi lagi. Proyek ini juga yang membuat kami lega ternyata satu sama lain berhasil merawat diri kami hingga saat ini. Proyek ini juga yang membuat kami ingat umur kami sudah terlalu tua jika diingatkan tentang masa lalu.
Tuhan yang Maha Mengatur segalanya. Akankah aku dan dia menjadi aku dan kamu atau kita lagi...

07 Juli 2014 – 17.06

It's president's election !

Huah, pengalihan nonton debat capres pamungkas ke drama korea gagal, selain karena tiba-tiba lepi mati, di sosmed rame banget bahas tadi, bikin mata sama tangan gatell bangett buat searching di yutub soal debat tadi. Kubu si a jelek-jelekin kubu b dengan kasih bukti ini sama itu, kubu b bantah kubu a dengan kasih bukti yang lain juga, "hmm, puasa pak sabar gausah ditanggepin kalo ada info yang gabener dari kubu lain !", mungkin sebagian orang bakal bernasehat seperti itu buat kedua calon presiden dan timses(dor) nya mereka, timses maksud saya, kalo sesdor itu mercon :D. Tapi pada kenyataannya, kalo ada salah satu kubu diserangda kubu itu nggak ngeluarin statement yang bener istilahnya klarifikasi bikin prescon gitu soal info ato fitnah yang lagi beredar, masyarakat lebih sering ngunyah mentah bulat-bulat soal kabar burung macam gitu, kesian yang tadi berpegang teguh sama sabar dong :D hehehe

Makin menuju tanggal 9 Juli, makiiinnn banyak orang ato artis yg deklarasiin dirinya bakal milih siapa, 1 ato 2, pilih aku ato dia, hehehe bukaan :p, deklarasi itu yang kadang bikin 2 orang yang aslinya sahabatan, dan kebetulan punya pandangan yang bedaaa banget soal kedua kandidat capres tsb jd dingin-dinginan, berantem yang tersirat lah istilahnya. Mau jambak-jambakan udah bukan anak kecil lagi mau adu argumen gabakal kelar sampe lebaran, mrka eyel"an pun pasti bakal ada salah satu kandidat yg pada akhirnya kepilih untuk mimpin Indonesia, yakan?

Kalo buat saya pribadi, everybody has their own choice who is the right one from these 2 candidate, dan kalo sayasiih, gaperlu tak kabar"in di sosmed, selain menghindari konflik sosial *halah, itu juga menandakan saya punya privasi untuk pilihan saya sendiri, terserah pada mau blg "mahasiswa kok jarang bahas beginian katanya kritis!", yg penting saya bakalan buktiin kalo saya juga kritis dengan nggak golput di tgl 9 itu, it's easy but hard to do, karena, sentilan ato omongan2 org sprti itu yg kadang pengen neriakin ke muka mereka dan nunjukkin kertas suara yg abis saya coblos, sekalian coblos aja itu lubang idung *eh

So, it depends on you people, whatever your choice, stand on the left side or right side, we're still people of this beautiful country that still have many problems which unsolved :D tp jgn bete juga kalo trnyata kedepannya yg dipilih engga melaksanakan janji mereka yg udh diucapin pas kampanye, cuma mereka dan Tuhan yg tau konsekuensi dibelakangnya seperti apa :D

So, use your right nicely :)