Selasa, 08 Juli 2014

Selamat datang, resah !


Malam itu kamu ucapkan lagi kalimat temanmu itu. Kalimat yg bahkan ingin kudengar saja tidak, apalagi kuketahui kabarnya. Aku memang masih menutup telinga akan itu. Entah. Aku hanya berharap kalimat itu hilang tertiup angin hingga rimbanya tak nampak. Ingin rasanya kutaburkan semua luka yg hampir beranak dari induknya ini di lautan, dan akan hanyut seiring ombak garang yg memaksa nelayan pergi dari hadapan.

Aku masih seorang perempuan yg belum mampu mengucapkan apa yg menjadi penyebab lukaku di hadapmu.
Laki-laki bukan seorang peramal yang sewaktu-waktu bisa membaca pikiran seorang wanita.
Begitu kata hampir seluruh kaummu di dunia.
Tapi suatu ketika aku ingin kamu memilikinya. Memiliki kekuatan seorang peramal. Kamu tahu kenapa?
Agar aku tak perlu bersusah payah memilih seribu kata yang pantas untuk bercerita luka ini dgn tak menyakiti rasamu.
Agar aku tak perlu mengumpulkan kekuatan seribu kuda untuk memberanikan diri membahas luka ini di sampingmu.
Agar aku tak perlu merasa baik-baik saja padahal hati merasa nestapa.

Itu hanya sebatas asa, yg aku pada kenyataannya masih berkata nyinyir, berkata sindir untuk membuat kamu berpikir.

Aku hanya ingin bilang, tak ada satupun hari-hari yg aku sesalkan ketika mengirimimu pesan, mengirimimu telepon, maupun mengirimimu sapa. Karena aku menjalaninya karena sebuah kemauan, bukan sebuah keharusan. Semoga kamu juga begitu.

Dari aku,
yg masih menunggumu bicara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar